Senin, 14 Juni 2010

Dunia Batik Pekalongan Panen


Pesanan batik Pekalongan melonjak sejak UNESCO memutuskan batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia, awal Oktober 2009. Panen, yang diharapkan tidak hanya sekali.


Menurut Wawan Mugiono, dari Radio BSP-FM Pekalongan, keputusan ini sangat berdampak pada penjualan, pesanan dan produksi batik. Ia mendengar dari pada pengusaha dan pengrajin batik. "Pengusaha dan pengrajin terpacu untuk meningkatkan produksinya. " katanya.

Minat Meningkat
Para pengusaha optimis, keputusan ini tidak hanya berdampak kagetan, tapi juga akan berkelanjutan. Itu tampak dari semakin banyak pengunjung dan peminat batik dari dalam maupun luar negeri yang datang ke pusat grosir batik dan museum batik kota pesisir Utara Jawa itu.

Para pengusaha dan pengrajin diharapkan bisa mempertahankan pamor batik Pekalongan yang bermotif lebih terang daripada batik Solo atau Yogya. Berkaitan dengan letak geografisnya yang dekat pantai, maka motif Pekalongan lebih cerah.

Inovasi Kotoran Sapi
Industri batik Pekalongan juga mulai menjajal teknik baru yang ramah lingkungan. Wawan mencontohkan teknik jenis batik dari kertas semen khas Pekalongan yang ramah lingkungan. Putra Pekalongan, Harris Riadi mempromosikan karyanya dalam pameran busana New York, Amerika Serikat.

Selain itu batik ramah lingkungan ini dalam pewarnaan juga menggunakan bahan non-kimia, seperti dari kotoran sapi. "Teknologi ramah lingkungan ini menarik banyak kalangan asing." katanya.

Menjaga Kwalitas
Selain itu perlu ada pengawasan kwalitas batik Pekalongan. Di pasaran terdapat berbagai macam batik dengan kwalitas sangat buruk sampai sangat bagus. "Itu tergantung dari permintaan pasar. Pasar dengan daya beli rendah mendapatkan kwalitas rendah. Bagi yang berminat dengan batik kwalitas bagus tentu saja harganya berbeda." kata Wawan.

Ia tidak menafikan bahwa di pasar kadang dijual batik berlabel Pekalongan tetapi kwalitas sangat rendah dengan kancing-kancing yang mudah lepas. "Tapi secara umum kwalitas batik Pekalongan sudah baik," ungkapnya bernada membela.

Cina Mematikan
Munculnya batik cetak dari Cina yang lebih murah dan kwalitas yang bersaing, menurut Wawan membuat pukulan terhadap industri batik Pekalongan. Para pengusaha dan pengrajin batik berharap pada pemerintah yang bisa memberi regulasi masuknya batik asing yang berpotensi mematikan pasar batik lokal.


Peran Media
Sebagai media, Radio BSP FM tetap melibatkan diri dalam memberikan info dan berita demi kelestarian batik. Antara lain dengan menyelenggarakan dialog dengan kalangan pengusaha batik dan pengrajin batik agar bersama masyarakat meningkatkan pamor batik Pekalongan. Baik secara nasional maupun internasional.

Media menurut program manager BSP FM yang juga aktif di facebook ini, bisa berperan dalam pelestarian batik Indonesia. Ia menolak untuk membanding-bandingkan batik Yogya, Solo, Cirebon atau Pekalongan.

Dalam era yang mengglobal ini dia lebih ingin bekerjasama dengan seluruh lapisan media untuk memajukan batik sebagai aset nasional. "Pada dasarnya batik punya ciri
khas masing-masing, tidak perlu membandingkan dari daerah sini lebih baik dari yang sana. Itu kan persoalan selera saja" katanya.


Sumber :
Eka Tanjung
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/dunia-batik-pekalongan-panen
19 Oktober 2009

14 Juni 2010

Sumber Gambar:
http://mustaqimzone.files.wordpress.com/2010/04/jiunkpe-ns-patterns-design-elements-2006-41405045-3929-batik_pekalongan-resource1-preview.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar